Rabu, 03 Juni 2009

Peningkatan Kualitas Software Development Dengan Visual Studio Team System (VSTS) 2008

Pengembangan Perangkat Lunak adalah suatu hal yang cukup menantang, karena dewasa ini daapt kita lihat bahwa kebutuham akan perangkat lunak semakin meningkat khusunya untuk keperluan bisnis/enterprise, organisasi tertentu, dan bahkan dibidang pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan akan software ini dapat berbeda-beda, dan oleh karena itu software yang akan dikembangkanpun memiliki spesifikasi tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan dari client tersebut. Dan hal yang paling penting dalam pengembangan software adalah kualitas, kualitas software adalah pengukuran seberapa baik design dari suatu software dan seberapa tepat software tersebut dikembangkan sesuai design.


Ada dua karakteristik kualitas software,yaitu Ekternal dan Internal. Eksternal adalah kualitas software yang dinilai dari sudut pandang pengguna atau user sementara karakteristik internal adalah dari sudut pandang pengembang software seperti developer, project manager, architect, dan semua yang terlibat dalam proses pengembangannya. Untuk menentukan kualitas software dari karakteristik eksternya, biasanya pengguna/user akan melihat seberapa mudah software tersebut digunakan, dana seberapa tepat fungsi-fungsinya dapat berjalan sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa secara eksternal, yaitu tidak semua karakteristik kualitas software (mencakup ; correctness, usability, reliability, efficiency, integrity, adaptability, accuracy, robustness) dapat dipenuhi secara sempurna karena beberapa diantara karakteristik tersebut dapat saling melemahkan seperti dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


Oleh karena itu pengembangan software dapat dimaksimalkan pada peningkatan kualitas secara internal, dalam hal ini Visual Studio Team System dapat sangat membantu terutama karakter yang berhubungan dengan proses konstruksi, mencakup :

· Maintainability, tingkat kemudahan software untuk dimodifikasi, diperbaiki atau ditingkatkan performancenya.

· Flexibility, tingkat kemudahan software untuk dikembangkan lebih lanjut dan diintegrasikan dengan system lain.

· Portability, tingkat kemampuan software untuk dimodifikasi dalam lingkungan yang berbeda.

· Reusability, tingkat kemampuan system software secara keseluruhan atau komponen-komponennya untuk digunakan oleh system lain.

· Readability, kemudahan source code software untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain.

· Testability, tingkat kemudahan system software untuk mendukung unit-test, code average dan system test.

· Understandability, tingkat kemudahan software untuk dapat dipahami secara menyeluruh mulai dari organisasi system sampai pada level source code.


Tidak jarang kita temui bahwa aspek internal yang biasanya diserahkan pada tim Developer ini tidak didukung dengan Tools yang mampu mengontrol kualitas source code yang dihasilkan. Dan kondisi ini akan sangat berbahaya ketika dilakukan pencarian bugs atau ketika dibutuhkan perbaikan-perbaikan source code yang pada akhirnya biaya perbaikan menjadi lebih mahal ketimbang biaya penulisan awalnya. Masalah lainnya yaitu realita dimana terkadang antara anggota tim pengembang (project manager, architect, developer, dan tester) pun sulit untuk saling bertukar informasi. Waktu terkadang habis terlalu lama untuk melakukan rapat, sinkronisasi waktu, menelpon, dan mengurus email. Permasalahan yang lebih kompleks akan timbul jika para anggota tim tidak berada dalam satu lokasi (kantor). Proyek pengembangan menjadi terhambat, over budget, bahkan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Masalah lain yang terkadang timbul adalah biasanya setiap anggota tim menggunakan tools yang berbeda untuk mendukung perannya. Celakanya, antara satu tools satu dengan yang lain biasanya tidak saling terintegrasi. Aktivitas copy dan paste menjadi rutinitas administratif yang harus dilakukan. Selain itu, semua orang yang terlibat dalam proyek tentu harus melaksanakan tugas administratif seperti pembuatan laporan yang pada akhirnya akan berimbas pada produktivitas. Microsoft melihat hal ini sebagai suatu tantangan, yaitu bagaimana membuat semua orang yang terlibat dalam proyek pengembangan perangkat lunak dapat menggunakan suatu system yang terintegrasi, sekaligus mendukung implementasi dari Software Development Life Cycle (SDLC). Setelah melakukan riset selama beberapa tahun, Microsoft meluncurkan Visual Studio Team System (VSTS) kepada publik. VSTS sebenarnya adalah gabungan tools yang telah digunakan secara internal oleh Microsoft selama beberapa tahun, seperti PREfast, Product Studio, dan Source Depot. VSTS telah diuji ketangguhannya oleh Microsoft selama beberapa tahun belakangan ini, karena Microsoft menerapkan Globally Distributed Development (GDD). GDD memungkinkan project manager, developer, tester, dan semua orang yang terlibat dalam proyek pengembangan perangkat lunak tidak berada dalam satu lokasi (kantor). Tim pengembang perangkat lunak di Redmond, Raleigh, Copenhagen, Hyderabad, dan Beijing dapat bekerja sama satu sama lain dengan adanya Team Foundation Server (TFS). TFS adalah platform terintegrasi untuk membantu kolaborasi proyek pengembangan perangkat lunak.

VSTS memberikan kesempatan pada semua orang dalam proyek pengembangan perangkat lunak untuk berkontribusi sesuai dengan perannya dalam satu system terintegrasi. VSTS terdiri dari Visual Studio Team Architect untuk architect, Visual Studio Team Developer untuk developer, Visual Studio Team Tester untuk tester, dan semuanya terhubung ke satu project portal Team Foundation Server yang tidak hanya dapat diakses melalui Visual Studio Team Edition, namun juga dapat diakses melalui web. VSTS juga sudah mendukung penggunaan dua process guidance framework, yaitu Microsoft Solution Framework (MSF) dengan metodologi Agile dan MSF dengan metodologi Capability Maturity Model Integration (CMMI). Selain itu VSTS juga menyediakan tools untuk membuat proses guidance secara manual.

Salah satu tujuan dari VSTS adalah memungkinkan setiap anggota tim (project manager, architect, developers, dan testers) dapat memanfaatkan tools yang mendukung perannya sesuai SDLC dan saling bertukar informasi dalam satu sistem terintegrasi. Project Manager dapat menggunakan Microsoft Project atau Excel untuk menuliskan daftar pekerjaan setiap orang dan mendefinisikan kualitas kode yang dibuat oleh developer, misalnya mendefinisikan suatu peraturan bahwa hanya kode yang telah dites saja yang boleh masuk ke repositori. Architect dapat memodelkan secara visual Service Oriented Application dan secara otomatis menjadikan rancangan arsitektur tersebut menjadi rancangan kelas kode program.

Developer dapat melakukan static analysis terhadap kode yang dibuat, mengukur performansi dari kode program, dan tentu terbebas dari masalah administratif seperti membuat laporan pekerjaan karena semua laporan akan dibuat secara otomatis. Developer juga tidak perlu dipusingkan dengan masalah versioning dari kode yang ditulis, manajemen kode program menjadi lebih teratur dan terorganisasi. Tester dapat secara langsung melakukan tes terhadap lingkungan implementasi dan secara otomatis membuat laporan kepada project manager atau secara langsung memberikan feedback kepada Developer. Project manager dapat mengevaluasi status dari proyek yang dipimpinnya setiap waktu, melihat kinerja developer dan tester, atau melihat laporan-laporan yang dibuat secara otomatis, misalnya laporan tentang bugs melalui web portal. Selain itu, para pengambil keputusan dapat secara langsung mendapatkan informasi tentang status proyek yang berjalan sehingga dapat menghasilkan keputusan bisnis yang tepat


Semua anggota tim dapat mengakses project portal melalui sebuah website yang disediakan oleh Team Foundation Server. Bagi developer, bekerja dimana saja akan menjadi tawaran yang cukup menarik, mengingat untuk menuliskan kode program biasanya dibutuhkan mood yang tidak bisa dijadwalkan kapan mood yang baik akan datang. Developer, tester, dan project manager dapat bekerja secara virtual dari rumahnya masing-masing hanya dengan jaringan internet. Dapat dibayangkan berapa besar penghematan dan efisiensi yang dihasilkan dengan implementasi sistem ini. Suatu tawaran yang cukup menggiurkan untuk para pengembang perangkat lunak.

Read More..

Kamis, 03 April 2008

Sinden Margonda vs Pengemis Modern




Hari ini, aktifitas pagi mulai menyeruak seiring bertambah tingginya matahari.
Dari arah luar terdengar kisruh obrolan asyik dari para ibu-ibu yang sedang mengerumuni tukang sayur, suara daun2 yang terlibas sapu lidi, serta pekik riang anak2 berbaur menjadi satu. Saya sedang berdiri tepat dibelakang pintu kos-an, sembari mengucapkan amin sebagai penutup do'a, saya yakinkan dalam hati bahwa hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan dan penuh keberuntungan.

"You are what you think about"




Saya sangat yakin dengan kata2 ini...


Dengan semangat pagi, saya melangkahkan kaki kiri keluar kamar, menuruni tangga, dan membuka pintu gerbang...

Kadang-kadang asyik juga sesekali menjadi orang
"out of the box" dan memperhatikan orang2 "in the box" karena pagi ini saya berjalan sambil memperhatikan dengan penuh minat semua aktifitas yang terjadi. Saya hanya memperhatikan... hanya itu, karena saya tidak mengenal mereka yang beraktifitas, saya bukan bagian dari mereka...
saya menerka-nerka apa yang ada didalam pikiran mereka yang tertawa, apa yang ada didalam pikiran mereka yang sedang menyapu... dan apa yang ada didalam pikiran kakek tua yang sedang duduk melamun diberanda rumahnya...
Mungkin asyik juga kalau Tuhan memberikan kesempatan untuk sekali saja, menjadi orang lain....

Saya terhentak dari semua lamunan itu, saya bersyukur pagi ini masih bisa melihat matahari dan berharap tidak menyia-nyiakan berkah dari Tuhan ini dengan menjadikan hari ini hari yang tidak menyenangkan...

Semangat saya semakin menggebu, dan sekarang saya sudah berdiri ditepi jalan margonda, bersiap mengambil ancang-ancang untuk menyeberang jalan.

Sulitnya menyeberang jalan disini, biasanya karena para pengendara motor yang suka nyelip sana sini, mereka pikir cuma mereka yang butuh cepat... nggak mau kalah... benar-benar tidak punya what people call as manner, tapi tentu saja mereka tidak akan sanggup merusak suasana hati saya, saya tetap berjalan sambil tersenyum tipis...

"my life is mine, i'm the only one who deserve to decide what makes me happy, and what does not, i'm the only one who deserve to decide how i will feel today"

Dijalan sempit Gang Sawo, sudah dipenuhi mahasiswa yang akan berangkat kuliah...
Entah benar atau tidak, kadang-kadang saya berfikir orang yang berjalan lebih cepat adalah orang yang lebih terdidik.... hehe sebenarnya ini pendapat yang cukup ngasal, tapi dijalan ini memang itulah satu-satunya yang membedakan antara mahasiswa dengan pedagang, dengan pengemis, dan dengan karyawan.

Baru saja beberapa menit yang lalu saya keluar dari kamar kos, saya sudah menemukan hal menarik pagi ini, dari jarak sekitar tujuh meter saya mendengar dentingan nada kecapi serta alunan lagu khas sunda yang sendu. Tak lama saya kemudian dapat melihat dua sosok wanita yang menjadi sumber suara ini, mereka duduk diatas susunan kardus ditepi jalan. Saya perhatikan keduanya, sepertinya mereka sepasang ibu dan anak, si anak kira-kira berumur 20an dengan cukup lihai memainkan kecapi, dan si ibu berdendang sedih dengan tubuh bersandar. Ibu yang sudah cukup tua mengenakan setelan ala 70-an, kemeja bermotif bunga-bunga dan rok dengan banyak lipatan, bibirnya dipoles dengan warna pink cemerlang, rambutnya diikat rapi sedemikian rupa hingga menyerupai sanggul, pada pipinya ada polesan bedak yang cukup tebal, si anak sudah berhenti memetik kecapi, ditangan kirinya ada cermin kecil yang ia hadapkan kewajahnya, sementara tangan kanannya memegang lipstik dan memoleskannya ke bibir, lipstik dengan warna yang sama dengan yang dipakai ibunya, gadis muda ini juga tidak kalah modis dengan ibunya, dengan rambut lurus, ia mengenakan kaos dan celana jeans.

Mereka tidak cantik, meskipun jelas sekali mereka berusaha tampak cantik. Didepan mereka ada sebuah speaker kecil yang tersambung dengan microphone, diatasnya ada gelas plastik berisi beberapa lembar uang seribu...

Saya ingin menyebut mereka Sinden Margonda

Ya... mereka cuma pengamen, seperti pengamen lainnya.

Yang menarik adalah kenyataan bahwa mereka berdandan...!
mereka berusaha tampak sebaik mungkin, mereka hanya pengamen jalanan... tidak seperti umumnya pengamen yang saya temukan diatas bus kota dengan penampilan lusuh, dan berusaha tampak merana agar dikasihani.

Coba anda bayangkan, dengan segala keterbatasan mereka, mereka masih menyempatkan membeli semua kosmetik itu...
Mereka kekurangan, namun tampil dengan segala kelebihan yang mungkin mereka lakukan

Saya takjub, ini benar-benar menelanjangi persepsi saya tentang pengamen dan pengemis jalanan...

Mereka membuat saya sadar, bahwa dengan menjadi pengamen bukan berarti mereka akan menjadi orang2 yang terbuang, bukan berarti mereka menjadi orang-orang yang tidak penting dan tampil lusuh. Mereka masih menghargai diri mereka sendiri, mereka mendandani diri mereka...
Mereka masih berarti.......
Mereka masih memiliki dan menikmati kehidupannya.....
Mereka masih punya harga diri....


Sementara kebanyakan orang, sering mengemis membuat dirinya lebih rendah dari yang sebenarnya, supaya dibantu, dikasihani, kadang supaya lepas dari konsekuensi kesalahan yang dilakukannya.

Bahkan dikampus favorit ini, tidak jarang saya menemukan pengemis-pengemis modern, pengemis dengan handphone canggih, tapi selalu bilang nggak ada pulsa dan suka minjem hp saya untuk nelpon ke telpon rumah atau ke sesama fleksi, atau kesesama CDMA dengan dalih :


"kan pake hp lo lebih murah, gw pinjem ya..."

tapi tetep aja, intinya lo nggak punya modal....

Pengemis berikutnya menghiba-hiba mengatakan mereka tidak punya banyak waktu untuk sekedar mengerjakan tugas kelompok,

"Duh, gw mesti pergi nih, gw ditungguin jam tiga... trus gimana nih...? Please... lu aja ya yang bikin..."

akhirnya menyuruh saya untuk membuatnya. Padahal mereka hanya ingin pergi ke suatu acara.

Ada lagi pengemis yang suka nitip fotokopian paper tapi nggak pernah mau nyumbang dengan alasan :

"eh sory, gw nggak ada uang receh, sekalian bayarin aja ya..."

Mungkin tidak akan cukup kapasitas blog ini jika saya ceritakan berbagai bentuk pengemis lainnya, karena mereka sangat banyak jenis dan macamnya, dan akan lebih banyak lagi bentuk pengemis di jajaran pemerintahan, para politisi busuk itu. Tapi inilah realita...

Kebanyakan orang suka memanfaatkan dan mengambil manfaat dari apapun dan siapapun, namun sangat sulit jika harus memberi manfaat. Mereka orang-orang yang selalu siap menerima namun tidak pernah siap untuk memberi, mereka bahkan rela menjadi rendahan hanya untuk mengambil keuntungan. Namun jauh didalam hari saya, saya yakin orang-orang seperti ini hidupnya tidak akan pernah bahagia,

mereka tidak menemukan apa yang mereka miliki, dan tidak pernah memiliki apa yang mereka temukan

Mereka tidak tahu seberapa beruntungnya mereka, mereka selalu merasa kekurangan, dan merasa menjadi korban, segala sesuatu dipandang hanya dari perspektif mereka,

Ah, sudahlah.. saya tidak akan membahas mereka lebih lanjut, mungkin mereka memang harus ada agar orang-orang baik mendapatkan ekslusifitasnya.

Yang jelas, bagi saya hidup ini selalu berharga. Tidak seharusnya saya merendahkan diri saya sendiri, saya menghargai diri saya apa adanya, dengan segala yang saya punya. Bahkan jika hanya satu tarikan nafas yang saya punya saya masih akan mensyukurinya....

Saya ingin seperti Sinden Margonda, yang dengan segala keterbatasannya tetap menampilkan penampilan terbaiknya.

Read More..

Sabtu, 03 November 2007

Wah... Blog Pertama nih...

Akhirnya niat bikin Blog buat belajar nulis kesampaian juga... ;)
Berhubung saya masih awam, mungkin belum ada yang dapat posting di blog ini, ntar dulu deh lagi nyari ide...
Read More..